Nama : Indah Restu Utami
NIM : 1402408316
BAB 5
TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI
1. MORFEM
Morfem adalah satuan bentuk terkecil dalam sebuah bahasa yang masih
memiliki arti dan tidak bisa dibagi menjadi satuan yang lebih kecil lagi.
5.1.1. Identifikasi Morfem
untuk menentukan sebuah satuan bentuk adalahmorfem atau bukan, kita harus membandingkan bentuk tersebut dalam kehadirannya dengan bentuk-bentuk lain.kesamaan arti dan kesamaan bentuk merupakan identitas sebuah morfem.
5.1.2Morf dan alomorf
Morf adalah nama untuk suatu bentuk yang belum diketahui statusnya
Alomorf adalah nama untuk bentuk tersebut kalau sudah diketahui status morfemnya.
5.1.3 Klasifikasi morfem
5.1.3.1 Morfem bebas dan morfem terikat
Morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat
muncul dalam pertuturan.
Contoh: pulang, makan, rumah.
Morfem terikat adalah morfem yang tanpa digabung dengan morfem lain
tidak muncul dalam pertuturan.
Contoh: (ter-), (ber-), (henti), (juang)
5.1.3.2 Morfem utuh dan morfem terbagi
Perbedaan morfem utuh dan morfem terbagi berdasarkan bentuk format
yang dimiliki morfem tersebut, yaitu apakah merupakan dua bagian yang
terpisah atau terbagi karena disusupi morfem yang lain.
Contoh morfem utuh: (meja), (kursi), (kecil)
morfem terbagi adalah sebuah morfem yang terdiri atas dua
buah bagian yang terpisah, satu di awal dan satu di belakang. Contoh
morfem terbagi : kata perbaikan terdiri atas satu morfem utuh yaitu baik
dan satu morfem terbagi yaitu (per- / -an)
5.1.3.3 Morfem segmental dan suprasegmental
Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem
segmental.
Contoh: lihat, lah, sikat, ber
Jadi semua morfem yang berwujud bunyi adalah morfem segmental.
Sedangkan morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh
unsur-unsur suprasegmental…
Contoh: tekanan, nada, durasi.
5.1.3.4Morfem beralomorf zero
Yaitu morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi
segmental maupun suprasegmental. ,melainkan berupa”kekosongan”
5.1.3.5 Morfem bermakna leksikal dan morfem tidak bermakna leksikal
Morfem bermakna leksikal adalah morfem-morfem yang secara inheren
telah memiliki makna pada dirinya sendiri.
Contoh: kuda, pergi, lari, merah
Sedangkan morfem tak bermakna leksikal adalah morfem yang tak
bermakna apa-apa pada dirinya sendiri. morfem ini baru memiliki makna
dalam gabungannya dengan bentuk lain dalam ujaran.
Contoh: (ber-), (me-), (ter-)
5.1.4 Morfem Dasar, bentuk dasar, pangkal (stem), dan akar (root)
Istilah morfem dasar biasanya digunakan sebagai dikotomi dengan morfem
afiks. Istilah bentuk dasar atau dasar (base) saja biasanya digunakan untuk
menyebut sebuah bentuk yang menjadi dasar dalam suatu proses morfologi.
Istilah pangkal (stem) digunakan untuk menyebut bentuk dasar dalam proses
infleksi atau proses pembubuhan afiks inflektif.
Akar (root) digunakan untuk menyebut bentuk yang tidak dapat dianalisis
lebih jauh lagi. Akar itu adalah bentuk yang tersisa setelah semua afiksnya,
baik afiks infleksional maupun afiks derivasionalnya ditanggalkan.
Dilihat dari status dalam proses gramatika terdapat tiga macam morfem
dasar bahasa Indonesia:
1. Morfem dasar bebas yakni morfem dasar yang secara potensial dapat
langsung menjadi kata, sehingga langsung dapat digunakan dalam ujaran.
Contoh: morfem meja, kursi, pergi, dan kuning.
2. Morfem dasar yang kebebasannya dipersoalkan
Yang termasuk dalam kalimat imperatif tidak perlu diberi imbuhan dan
dalam kalimat deklaratif imbuhannya dapat ditanggalkan.
3. Morfem dasar terikat, yakni morfem dasar yang tidak mempunyai potensi
untuk menjadi kata tanpa terlebih dahulu mendapat proses morfologi.
Contoh: morfem juang, henti, gaul dan abai
5.2. KATA
5.2.1. Hakikat Kata
Menurut para tata bahasawan tradisional, kata adalah satuan bahasa yang
memiliki satu pengertian atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua
buah spasi.
5.2.2. Klasifikasi kata
Menurut tata bahasawan tradisional:
a. Verba adalah kata yang menyatakan tindakan atau perbuatan
b. Nomina adalah kata yang menyatakan benda atau yang dibendakan
c. Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan
kata atau bagian kalimat yang satu dengan bagian yang lain.
Sedangkan para kelompok linguis yang menggunakan kriteria fungsi
sintaksis sebagai patokan untuk menggolongkan kata.
Fungsi subyek diisi oleh kelas nomina, fungsi predika diisi oleh verba atau
adjektifa, fungsi objek diisi oleh kelas nomina dan keterangan diisi leh
adverbia.
5.2.3. Pembentukan kata
Pembentukan kata mempunyai dua sifat, yaitu membentuk kata-kata
yang bersifat inflektif dan yang bersifat derivatif.
5.2.3.1 Inflektif
Dalam buku –buku tata bahasa ,infleksi biasanyapembahasan hanya berkisar pada konyugasi dan deklinasi.biasanya juga disesuaikan dengan
afiks yang mungkin berupa prefiks, infiks, dan sufiks, atau juga berupa
modifikasi internal yakni perubahan yang terjadi di dalam bentuk dasar itu.
Dalam bahasa-bahasa berfleksi biasanya juga ada penyesuaian bentukbentuk
kata untuk menunjukkan pertalian sintaksis.
5.3.2.1 Derivatif
Pembentukan kata secara derivatif membentuk kata baru, kata yang
identitas leksikalnya tidak sama dengan kata dasarnya.
5.3. PROSES MORFEMIS
5.3.1. Afiksasi
Afiksasi adalah pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar.
Beberapa unsur dalam proses ini:
a. Dasar atau bentuk dasar
b. Afiks
c. Makna gramatikal yang dihasilkan
Bentuk dasar dalam proses afiksasi dapat berupa akar yaitu bentuk
terkecil yang tidak dapat disegmentasikan lagi.
Afiks adalah sebuah bentuk biasanya berupa morfem terikat yang diimbuhkan
pada sebuah dasar dalam proses pembentukan kata dibedakan atas:
1. Afiks inflektif yaitu afiks yang digunakan dalam pembentukan kata-kata
inflektif atau paradigma infleksional.
2. Afiks derivatif yaitu kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan
bentuk dasarnya.
5.3.2. Reduplikasi
Yaitu proses morfemis yang mengulang bentuk dasar baik secara
keseluruhan, sebagian, maupun dengan perubahan bunyi.
Proses reduplikasi dapat berupa atau bersifat paradigmatis yang tidak
mengubah leksikal dan yang bersifat derivasional yang membentuk kata baru
atau kata yang identitas leksikalnya berbeda dengan bentuk dasarnya.
5.3.3. Komposisi
Yaitu hasil dan proses penggolongan morfem dasar dengan morfem dasar
baik yang bebas maupun yang terikat.
Produk sisanya proses komposisi dalam bahasa Indonesia menimbulkan
berbagai masalah dan berbagai pendapat karena komposisi itu memiliki jenis
dan makna yang berbeda-beda.
5.3.4. Konversi, Modifikasi Internal dan Suplesi
Konversi adalah proses pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata
lain tanpa perubahan unsur segmental.
Modifikasi internal adalah proses pembentukan kata dari sebuah kata menjadi
kata lain tanpa perubahan unsur segmental ke dalam morfem yang berkerangka
ketat.
Suplesi adalah modifikasi internal yang perubahannya sangat ekstrem karena
ciri-ciri bentuk dasar tidak atau hampir tidak tampak lagi.
5.3.5. Pemendekan
Adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem menjadi sebuah bentuk
singkat, tetapi maknanya tetap sama dengan bentuk utuhnya.
Singkatan adalah hasil proses pemendekan antara lain:
1. Pengekalan huruf awal dari sebuah leksem atau gabungan leksem
Contoh: Km (kilometer), H (haji)
2. Pengekalan beberapa huruf dari sebuah leksem
Contoh : bhs (bahasa)
3. Pengekalan huruf pertama dikombinasi dengan penggunaan angka untuk
pengganti huruf yang sama. Misalnya: P4 (pedoman penghayatan
pengamalan pancasila)
4. Pengekalan dua, tiga, atau empat huruf pertama dari sebuah leksem.
Misalnya : As (asisten)
5. Pengekalan huruf pertama dan terakhir dari sebuah leksem
Misal: Fa (firma), Pa (perwira)
Akronim adalah hasil pemendekan yang berupa kata atau dapat
dihafalkan sebagai kata. Contoh: wagub (wakil gubernur).
5.3.6. Produktifitas proses morfemis
Adalah dapat tidaknya proses pembentukan kata itu, terutama afiksasi,
reduplikasi, dan komposisi, digunakan berulang secara tidak terbatas. Ada
kemungkinan menambah bentuk baru dalam proses tersebut.
Proses inflektif atau paradigmatis karena tidak membentuk kata baru
tidak dapat dikerjakan proses yang produktif. Lain halnya proses derivasi yang
dapat membuat kata-kata baru dengan proses tersebut.
5.4 MORFOFONEMIK
yaitu peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologis,baik afiksasi,reduplikasi maupun komposisi.prubahan fonem dalam proses morfofonemik dapat berwujud;
1. Pemunculan fonem
2. Pelesapan fonem
3. Peluluhan fonem
4. Perubahan fonem
5. Pergeseran fonem
NAMA ;INDAH RESTU UTAMI
NIM ;1402408316
ROMBEL ;5
resume anda menurut saya lumayan baik .tolong jelaskan lebih rinci pengertian morf-alomorf beserta contohnya.
Terima kasih